Ngentot Dengan Nenek
Sudah empat tahun ini Mirah melarayan idulfitri sendirian. Di desa itu, dia memang dikenal sebagai orang yang ahli dalam menolong persalinan bayi. Dan Mirah, tidak mau ikut anak-anaknya ke kota, karean di kota dia tidak tahan dengan hidruk pikuk dan panasnya udara. Tiga anak-anaknya semua sudah menikah dan tinggal di kota.
Betapa senangnya hati Mirah, saat cucu sulungnya yang baru lulus SMP itu mengunjunginya ke desa. Dia akan liburan panjang, menunggu mendaftar untuk masuk STM. Mirah senang sekali. Hingga Tony cucunya itu juga kelihatannya senang bisa berlama-lama dimanjakan oleh neneknya. Maklum cucu tertua.
Malamnya Toby dirawat habis oleh neneknya. Sekujur tubuhnya diolesi minyak ramuan, agar otot-otot Tony bisa tumbuh dengan baik dan tulang-tulangnya akan menjadi kuat.
“Apa semua otot bisa kuat Nek?” tanya Tony. Neneknya mengangguk dan terus mengolesi minyak ramuannya denga telaten, lalu menekan diberbagai sendi yang katanya di sana urat-urat itu harus baik letaknya.
“Jangan marah ya Nek. Kalau pada penis, itu juga dan urat-urat dan otot juga? Kata guru biologi kami seperti itu nek?” kata Tony. Neneknya justru diam, ka4rena dia dtidak mengerti apa itu biologi. Yang dia ketahui, urat salah diolesi minyak dan diurut perlahan dan seterusnya dan seterusnya.
Tony dengan manjanya membalikkan tubuhnya. Kemudian melepas sarungnya dan melorotkan celana dalamnya, hingga penisnya keluar. Tanpa beban dan tanpa rasa malu, malah dengan kemanjaannya. Nek Mira mulanya terkejut juga, kemudia dia tersenyum saja. Lampu yang terang benderang ityu, memperlihatkan kalau bulu-bulu halus pada penis Tony yang berumur 15 tahun itu, jelas terlihat.
“Supaya nanti kuat, bisa diolesi minyak Nek?” tanya Tony manja. Nek Mirah hanya tersenyum saja. Untuk tidak membuat cucunya yang manja itu malu, dia pun mulai mencelupkan jemarinya ke piring kecil berisi minyak urut dan kemudian mengolesi penis Tony dengan minyak. Apa salahnya, kan cucu sendiri. Bila nanti penisnya kuat, kan isterinya juga yang senang, itu juga kan cucuku, batin Nek Mirah. Perlahan Nek Mirah mengoles minyak mulai dari telor bawah, naik ke bagian atas sampai pada parit penis Tony. Perlahan penis itu diurut naik turun dan Tony merasa enek, lalu penisnya mulai berdiri perlahan-lahan dan membesar dan memanjang.
“Tuh… kan jadi besar,” kata Nek Mirah merasa lucu.
“Jangan berhenti Nek. Enak Nek…” kata Tony manja.
Nekj Mirah pun mengurut yang dirasa perlui, kemudian menyudari urutannya. Tony terasa agak kecewa dan Nek Mirah mengetahui kekecewaan cucunya itu. Dengan kasih syang, dia mengajak cucunya itu makan malam. Ada hidangan ikan pepes dan lalapan serta sedikit jengkol muda digulai.
Begitu makan malam selesai, lampu depan dimatikan dan mereka sejenak menonton TV, lalu mereka beranjang tidur.
“Sudah menjadi kebiasaan, bila Tony dan ayah-ibu serta aadik-adiknyta ke kampung halaman, Tony selalu tidur dengan nenek, ibu dari ibunya itu. Tak seorang berani melarangm, karena Nek Mirah pasti akan marah. Bekas suaminya semasa masih hidup juga tak berani melarang dan harus mengungsi tidur. Malam itu, Tony juga cepat masuk ke kamar neneknya dan masuk ke selimut neneknya dan tidur. Dia minta agar nenek nya mencongeng. Itu kebiasaan neneknya dan Tony biasanya tidak mengetahui ujung cerita neneknya, karena sudah tertidur, ketika neneknya mendongeng.
Saat neneknya mendongeng, dia suka memeluk neneknya dan menggerayangi tubuh neneknya. Kebiasaan itu, ternyata terus berlangsung pada malam itu juga. Saat neneknya bercerita, Tony meminta agar neneknya kembali mengurus penisnya. Tony sudah melepas celananya dan menarik tangan neneknya untuk mengurut penisnya. Dengan berbagai alasan Nek Mirah menolak, tapi Tony terus memaksa dan Nek Mirahpun mengelus-elus penis Tony. Penis itu pun membesar. Letih juga Nek Mirah terus mengelus penis Tony cucunya itu. Dalam hatinya toh dia sudah empat bulan tak pernah datang haid lagi. Lagi pula cucunya haerus mengetahui apa itu seks.
Nek Mirah menyingkap selimut mereka dan melepas kain sarungnya.
“Udah, kamu tindih aja nenek,” katanya sembari berusaha mengangkat tubuh Tony yang kurus panjang itu. Tony mengiktui petunjuk neneknya menaiki tubuh neneknya. Nek Mirah mengangkangkan kedua kakinya dan menuntun penis cucunya memasuki lubangnya. Tony merasa batangnya terasa hangat.
“Ya, sudah kocok sendiri sepuasmu,” kata Nek Mirah. Secara refleks walau tidak diajari, ternyata Tony mulai memompa kemaluan neneknya secara naluriyah. Nek mirah diam saja dan mengelus-elus punggung cucunya dengan kasih sayang. Biarlah, dia memang harus mengerti, bathin Nek Mirah.
Tony terus memompanya dan memompanya. Dia semakin lama semakin menggila dan nafasnya mulai terengah-engah. Saat itulah Nek Mirah menjadi nafsu juga. Walau pada mulanya dia hanya menginginkan ,biar tak capek mengelus-elus penis cucunya, kemudian dia juga ingin memperkenalkan seks opada cucunaya, jusrtru dia menjadi nafsu juga. Perlahan dengan suainya yang sudah tua itu, dia mulau memberikan goyangan-goyangan yang lemah namun mampu mengimbangi tusukan Tony cucunya.
“Neeeekkkk….” Tony semakin mempercepat tyusukannya dan tangannya mulai mencengkram bagian tertentu tubuh neneknya. Nek Mirah mengerti, kalau cucunya bakal tiba di puncak tertinggi kenikmatannya. Dia balas memeluk cucunya dengan rangkulan yang kuat dan dia melingkarkan kedua kakinya ke tubuh cucunya dan tubuhnya terus meliuk-liuk.
Nafasnya terasa sengal juga, tapi dia harus memberikan yang terbaik untuk cucunya, karena semuanya sudah kadung. Teteknya yang besar bergoyang-goyang, membuat dada Tony terayun-ayun. Tetek besar itu terasa masih kenyal, walau usia sudah 53 tahun. Dan… Nek Mirah semakin kuat merangkul cucunya dan semakin kuat kakinya menjepit tubunya cucunya, saat dia merasakan cucunya berhenti menggoyang, tapi dengan sekuat tenaga cucunya justru menekan sekuatnya penisnya ke dalan lubang Nek Mirah. Nek Mirah tau cucunya bakal melepaskan sperma-nya. Saat itu pula Nek Mirah benar-benar merangkul cucunya dengan sekuatnya.
Nek Mirah tersengal-sengal nafasnya saat beberapakali cucunya melepaskan spermanya. Terasa liang Nek Mirah demikkan hangat. Saat cucunya perlahan mengurangi tekanan pada tubunya, Nek Mirah pun perlahan melepas pelukannya dan jepitannya. Namun nafasnya masih tersengal. Saat Tony turun dari atas tubuhnya NEk Mirah mencium pipi cucunya itu.
“Mulai sekarang kamu sudah dewasa seratus persen,” kata Nek Mirah tersenyum. Tony juga tersenyum. Setelah 10 menit, dibawanya cucunya ke kamar mandi dan mencuci kemalauan cucjnya dan kemaluannya sendiri.
Selama liburan, setidaknya dua hari sekali, Tony selalu meminta jatah juntuk menaiki tubuh neneknya. Si Nenek juga sebenarnya memberikan, bukan berarti seratus persen dia nafsu, melainkan dia juga sangat bahagia memanjakan cucunya. Sembari memanjakan cucunya, diam-diam dia juga memanjakan dirinya sendiri.
Sejak itu, setiap libutran Tony rajin sekali pualng ke kampung dengan alasan sangat merindukan nenek. BUkan main senangnya hati kedua orangtuanya, karena Tony demikian perhatian terhadap neneknya yang juga sangat menyayangi Tony sebagai cucu tertuanya itu.,,,,,,,,,,,,
Nakalnya Budhe Tutti Timilikiti